Norak-norak bergembiradi Pantura part 2
Begitu sampai di Indramayu pada hari ke dua, saya dapat giliran perdana live kabar mudik untuk program kabar pasar pagi. Biasalah, live, ngomong-ngomong lincah, udah. Kemudian, ada Tysa Novenni, presenter Kabar Pagi yang juga orang Minang, Mina Apratima dan Ramlan Hakim yang Live sesuai jadwal yang sudah di acc oleh teh Indy (Indy Rahmawati).
live
Selanjutnya, hari-hari penuh tekanan saya jalani bareng-bareng tim. Sebenarnya dibilang tekanan banget sih gak ya, yang namanya kerja, saya rasa dimana-mana pasti dikasi tekanan, agar mampu menghasilkan karya yang sempurna. No problemlah.
Dua tahun beruntun liputan mudik di Pantura, seolah ga ada tantangan lagi, mulanya saya pikir gitu. Tapi ya begitulah, plusnya saya sudah cukup tahu area dan lapangan. Para pejabat-pejabat terkait juga tak banyak yang berganti, hanya satu yang tak berubah dan masih menjadi tantangan adalah, cuaca terik, jadi malay banget kalau udah seger abis mandi dari hotel, wangi, cakep dan sumringah harus layu sebelum berkembang disiram surya pantura ! Untung kita stagnan, alias tidak sering pindah-pindah locationg, coba deh kek dulu, pulang-pulang ke Jakarta pada gantian masuk rumah sakit !
Pertigaan Loh Bener, sebuah jalur utama pantura di pinggiran Indramayu. Kita ditanam disini selama 3 hari. Pertigaan dimana kendaraan dari arah Jakarta di pecah jadi dua, kanan ke Cirebon dan kota-kota jawa tengah, timur dan seterusnya. Lalu bila belok ke kiri, masuk ke Indramayu. Yang ujung-ujungnya ke dua pecahan ini akan kembali bertemu di satu titik yaitu namanya Tegal Karang, Cirebon.
Saya ga mau ambil pusing selama di sini. Beruntung saya dipasangkan dengan Technical Director (TD), itu lho komandan para kameraman dan teknisi, yang teriak2 di dalam mobil satelit ngatur komposisi gambar dan positioning reporter. Bang Ponco, namanya. Pria botak kurus yang kadang tegas dan sering petakilan juga. Paduan sikapnya ini, saya bilang sih mampu menyatukan visi misi tim. Makanya, kami mampu bekerja sesuai SOP, ga ambil pusing.
Pada hari ke tiga di Indramayu, terbetik keinginan untuk mencicipi pedesan, makanan khas sini. Sejenis sup daging sapi, yang katanya punya tingkatan rasa pedes. Hmmm....jujur, kurang tertarik. Gak tau, ga membuat air ludah menetes, yang ada gw tarik dalem2 ludah gw, ngeri ah megap-megap kepedesan di Padang Mashar gini, panas diadu panas, bisa mandul gw!
Indramayu itu identik dengan mangganya. Sejak masuk kota ini, selepas dari Karawang, rentetan pohon manggow, udah berjejer lumayan rapi. Entah itu dipinggir jalan raya, pekarangan rumah warga bahkan ada kebon khususnya. Ibarat kalau ke Pariaman, lepas dari Lubuk Aluang, wuiiiih sejauh mata memandang pohon kelapa aja yang idup! Kurang lebih begitu. Mangga khas Indramayu itu namanya Mangga gedong gincu, per kilo dikisaran 25rb - 30rb. Sayang sekali sodara-sodara, lagi ga musim. Coba deh kalau lagi musim, enak!
Manisnya sempurna. Lo bisa bayangkan, kalau tahun lalu saya hanya berbuka puasa dengan dua keping mangga gedong gincu. Tahan sampai tengah malam tanpa makan nasi. Asemnya nyaris ga berasa, ukurannya beragam. Ga kecil-kecil amat juga ga gedong-gedong amat.
Saya harus mengubur niat untuk mencicipi mangga ini. Saatnya moving, ke cirebon, satu jam lebih kurang dari sini.
Delapan belas orang tengil dalam tim ini, melanjutkan tujuan perusahaan ke kota yang suka disebut juga kota wali. Kota lahirnya sunan gunung djati.
Iring-iringan mobil ambulans, eh tim kami sampai di gedung tertinggi se jagat cherbon (dialeg khas masyarakat sono), namanya Hotel Green Apita. Hotel yang sudah ga asing, tahun lalu juga disini. Hotelnya bagus. Ada kolam renang, gym, dan dekat pusat kota.
singkat kata, 7 hari kami habiskan di Tegal karang dan sekitarnya. Titik masuk dari arah jakarta, ke tol palimanan dan non tol. Titik terpadat dan terstrategis memantau kepadatan arus mudik. Gak heran, di lokasi ini pada berlomba-lomba media meletakan mobil SNG nya. Ada metro tv, sctv, detik.tv, global tv.
Yang paling menyita perhatian tentu saja kami. Yak kami, tvOne dan Metro TV, dimana mobil SNG kami sebelah-sebelahan, dengan posisi "69". Ekor ketemu muka, ga searah. Seolah udah menggambarkan persaingan, wkwkwkkwkwkw....dan difoto banyak orang lho trus di share ke grup-grup BBM, dgn status 'akur', hahhahhaha....
Padahal kita ga sebegitunya juga. Asik-asik aja, ke dua kru kenalan, ngobral ngobril, udah ketawa-ketawa bareng.
Satu yang mungkin ga bikin kerasan. Makanan! Saya sudah mati-matian untuk mencocokan lidah, dan berkompromi dengan perut terhadap makanan cerbon, tapi tetep aja ga brasa makan. Asing. Dendeng yang sengaja saya bungkus dari rumah, stoknya udah habis semalam. Di lahap rame-rame, termasuk Ramlan.
Harusnya saya pelitin, tapi keburu ketahuan, hahahhaha ya udah bye bye...
Ini pelajaran berharga deh buat saya. Kalau kluar kota lagi, lebih dari 5 hari, dan gak mendadak, saya harus minta dibikinin rendang buatan kakak saya. Rendang doi enak buaaaanget, RM sederhana lewat! Rendangnya khas rendang buatan orang bukitinggi yang terkenal sangat memabukan ituh! Enaknya ajib keterlaluan !!!
Rendang itu saya makan hemat-hemat. Dedaknya saya habisin terlebih dahulu, baru dagingnya. Karena belajar dari tahun lalu, ga nemu makanan enak. Rumah makan padang sekalipun saya temui di cerbob, rasanya udah internasional.
Awkay, trus gimana akhirnya?
Akhirnya ya berlebaran di keraton kasepuhan cerbon. Karena saya maniak sejarah, jadinya ya senang-senang aja. Salat I'd di keraton dgn segala eksotisme yang ada dong, kapan lagi salat I'd sama keluarga sultan, turunan langsung Sunan Gunung Djati and keluarga, liat tradisi di belahan sana. So, gw bangetttt...saya bener-bener nikmati detik demi detik.
Di keraton ini ada dua masjid. Pertama, yang berada di dalem, namanya Langgar Agung. Di sini keluarga keraton melaksanakan salat ID pertama. Karena salat I'd nya berlangsung dua kali secara turun temurun. usai salat disini, tanpa khotbah, sultan kemudian jalan kaki 3 menit ke arah gerbang masuk keraton, tepatnya ke Masjid yang kedua, yaitu Masjid Agung, lalu kemudian salat I'd lagi bareng masyarakat dan ada khotbahnya.
Saya dan tim, keknya ogah untuk salat I'd ke dua kalinya, wkwkwkwkwk....
Abis salat, sosana haru langsung berasa di tim saya. Mulai kedengeran sesenggukan ingus. Hihihiiihih....ya nangislah ya. Ga normal aja, sok-sok kuat di momen begini. Sumpah deh bray, abis salat I'd ini sosana hati itu luruh gemuruh....lha idealnya kan salam-salaman sama ortu sodara kerabat berbaju baru di kampung halaman, nah ini di kampung orang, dalam rangka kerja pula, syapa yang ga emosional coba?
Saya dan semua crew sibuk telponan. Menelpon dengan bahasa daerah masing-masing dengan seseorang di ujung sana. Sesekali narik ingus dan diakhiri menyeka air mata. Ada bahasa jawa, bahasa Minang, bahasa jambi dialek padang, bahasa betawi dan bahasa Indonesia. Kedengeran. Saya perhatikan mata mereka masing-masing, raut rona wajah mereka satu satu, tak bisa berdusta wahai sodara-sdoara, mendung braaay!!! Ya wajarlah lah ya, elo doang kali yang bilang ga wajar...
Stop! Kita harus segera LIVE lagi. Kali ini softnews, ga perlu lintang pukang, nyari bahan liputan. Kita semua crew narsis2an, menyalami semua keluarga. Dan disinilah saatnya saya menggemakan KALUMBUK.
Ketika giliran saya ditanya mau salamin sapa sama presenter, saya bilang:
"Buat ayah ibu dan keluarga di padang kota tercinta, yang di kalumbuk kuranji padang sumatra barat, maaf lahir bathin, saya ga bisa pulang" sahut saya dengan suara parau.
Jujur, disaat mengucap kata2 kalumbuk itulah saya terharu, puncak keharuan. Guys, saya ga pernah malu lagi dibilang orang udik, orang kampung, orang kalumbuk.
Dulu semasa sekolah, saya selalu diledekin, dngan logat dan dialek kalumbuk saya. Sedih. Tapi sekarang tidak. Kalumbuk tanah bertuah, tujuan orang mengungsi jikalau gempa, harga tanahnya sudah 700 ribu/meter minimal, ada SPBU dan CFCnya, dan tak lama lagi, di seberang rumah, akan dibangun Mall+hotel+apartemen !!! Luar biasa, kalumbuk ku sekarang.
Sayang, live ini ga disaksikan keluarga atau orang Padang. Jamnya ga tepat banget, berbarengan dengan warga Padang salat I'd, jadinya ya gitu deh...
Bahkan di Big Ben Tower London sekalipun in Shaa Allah, saya ukir nama Kalumbuk disana nanti!!!
Ih, kok jadi melow gini...
Usai live di keraton dan sama Sultan, kami diajak makan ketupat+opor sama Sultan. Mayan, menghemat uang makan, wkwkkwkwkkwk....enak!
Dan Sultan tau banget. Pulangnya, masing-masing diberi kain batik khas cerbon yang bagus nian, bilang hapaaah??
"Makasi Sultaaaan"
Kita pun kek anak TK bubaran sekolah. Keluar pekarangan keraton, menenteng goodybag masing-masing, sambil bernyanyi "di sini senang di sana senang, di mana-mana hatiku senang, lalallalala....lalalallalalalala..."
Plek!!!
Happy Eid Mubarak!!
Esoknya, kita balik jakarta. Daaan tak ada lagi satupun yang ingat bahwa, rencana meramal jodoh sama sang konsultan spritual yang di Indramayu tadi. Semuanya sudah tak sabar kembali pulaaaaaaang (diiringi backsound lagu Padi-Pulang). Emoh ramal-ramalan di hari suci ini.
Tapi bagaimana dengan saya? Pulang ke jakarta sama aja boong, secara semua kluarga di Bekasi pada mudik di padang, hiks hiks....sedihnya sempurna!
Lalu saya merogoh tas, mengambil earpeace, memasangnya di kuping, dikonekan ke bebe, dan memencet 'play' untuk mendengarkan "eenie meenie-nya" justin bieber untuk ke seratus ribu kalinya. Menghibur diri, menyandarkan kepala, dan memejamkan mata pada kecepatan 100/km/jam di Tol Cikampek kembali ke Pulogadung....oh betapa aku ingin pulang, mereguk syahdunya berlebaran dengan oragtua kakak dan karib kerabat! SPJ berapapun nilainya, tak bisa menggantikannya....but I've to say it again, I REALLY LOVE MY JOB!
Komentar
Posting Komentar