Di balik ILC off air Padang
Masih enggak percaya saya membaca iklan ini. Beneran. Masih halu.
Gimana enggak, Kota Padang akhirnya mendapat respon positif dari tim ILC dan Pak Karni khususnya, hingga alek ini beneran kejadian Kamis 30 Maret 2017 di kampus Unand Limau Manih.
Awalnya rapat-rapat biasa gitulah, sewaktu di Jakarta tengah membahas, sekiranya mau ngapain saat ILC lagi break di layar. Setelah Pak Karni kasi lampu hijau buat ngadain sejenis roadshow ke kota-kota, maka berbenalah tim yang berisikan sembilan putra putri bangsa yang menggemaskan ini.
Ketika Produser Eksekutif ILC mencoba meratakan argumentasi dari semua tim yang hadir dengan bertanya kepada saya, maka saat itu tanpa mikir banyak dan males-malesan saya jawab aja Pekanbaru dan Padang.
"Kenapa harus Padang dan Pekanbaru?" Tanya si Prod-eks.
Bla bla bla bla......
Saya jawab aja pura-pura yakin padahal enggak. Sok-sok an aja gitu bicara kayak orang pinter, padahal bloon. Biar saya bunyi aja di rapat ga dokem.
Heheheh....
"Trus, benefit apa yang bisa kita dapat bila ILC off air kita gelar di Padang dan Pekanbaru Ki?" Tanya si prod-eks lebih tajem dengan muka serem. Semua yang hadir melirik dan mengarahkan konsentrasinya ke saya.
Mati deh!! Tenggorokan saya berasa kemasukan paku seng sekilo!!!
Duh duh, apa ya.......jawaban saya bego norak apa bloon oneng gitu deh.
"Kali aja dapat banyak diskon, " jawab saya ngasal.
Sang prod-eks berkacamata tebel itu bersama tim yang lain pun gak lama kemudian menutup rapat. Masing-masing kita yang diberikan kesempatan mengajukan nama kota-kota untuk perhelatan ILC off u air agar besok hari mempresentasikan progressnya.
Saat itu selain Padang-Pekanbaru mewakili pulau Sumatera, juga ada Makassar sebagai presentasi Pulau Sulawesi sekaligus Indonesia Timur. Dan, tentu saja kota-kota megapolitan di Pulau Jawa macam, Surabaya, Malang dan Solo juga menjadi incaran.
Kamipun pulang. Saya juga dong. Masa bobo di kantor. Haripun malam. Sayapun bobok. Besoknya ke bangun hahahah apaa sihhh.....dan sorenya rapat lagi.
Tapi Sekelar rapat, sebelum bobo pada hari itu dengan sisa pulsa yang sekarat, saya WA-an sama bapak-bapak penguasa Padang dan Sumbar pada umumnya. Pekanbaru gimana? Enggak jadi, keterbatasan akses saya ke sana. Tuh kan bego, asa mahoyak bibia taba se.
Iyee ampun!
Dengan modal WA-paketan sebulan, japrian saya ke bapak-bapak penguasa itu sungguh bikin saya terharu, percis Ayu Azhari ngelap air mata di sinetron-sinetronnya. Wkwkwkwk.....
Sambil benerin kerudung, benerin poni yang tinggal serumpun sereh dan narik ingus, sayapun mengelap air mata haru dan mengucap syukur. Heheheh......Ayu Azhari banget kan?
Emang knapa kok bisa terharu?
1. Japrian saya ke Gubernur Irwan Prayitno dibalas positif, didukung fasilitas 100% oleh pemrov dan silakan di survei.
2. Japrian ke mahasiswa UNP bernama Boy Candra yang penulis novel terkenal itu, akhirnya mengantarkan saya ke karib lama, Bang Isa Gautama yang kini HUMAS UNP. Katanya, UNP support 100%, terharu ga elo tuh?
3. Japrian ke rektor Unand Prof Tafdil juga tak kalah heboh. Unand full support, silakan di survey. Kata profesor ini. Dibantu pula oleh kakanda Fery Amsyari dari tim Pusako Fakultas Hukum Unand yang bikin air mata haru Ayu Azhari gw kian mengalir deras, wkwkwkwk.....
4. Nah, bukan bermaksud subyektif. Ini kampus gw, UPI YPTK. Kampus saya ini sekarang udah beda banget. Makin kece. Apalagi punya aula yang bagus kayak ballroom hotel. Dan WA saya ke Pak Herman Nawas sang ketua yayasan dibalas dengan telpon. "Silakan ananda survey, kita kasih gratis!"
Nah kan....gratis. wkwkwkwk......
saya berseragam tvOne di Kampus UPI, sebuah mimpi indah yang terwujud
Tapi bukan itu esensi sebenarnya.
Singkat kata singkat cerita aja deh ya, Unand akhirnya dipilih oleh tim. Acara berjalan sukses. Pak Karni Ilyas menyambangi sekitar 1.500 hadirin di kampung halamannya. Pak Karni nyanyi-nyanyi lagu minang di panggung dengan suara khasnya itu. Bukunya doi yang ditulis uni Fenty Effendy juga laris manis. Tamu-tamu VIP banyak yang hadir. Ada walikota Padang, Bupati 50 Kota, perwakilan Kapolda Sumbar, dan masih banyak lagi. Saya, namanya juga kerja di kampung sendiri, wajib rasanya untuk menyelam sambil minum es cendol.
Gegayaan dulu dong
lebih kurang 1.500 audiens memadati auditorium Unand
Pak Karni diapit Gubernur Sumbar dan Rektor Unand
Heboh ya.....
Sayapun memaksa menyeret-nyeret keluarga saya untuk menyaksikan bagaimana saya bekerja selama ini. Biar mereka tau aja, kasi liat, kalo saya beneran kerja di rantau enggak macem-macem.
Mami saya udah pasti enggak bakal mungkin datang. Udah tua, dan sakit jantung. Pasien jantung enggak cocok sama kehebohan. Makanya saya memaksa dan mengancam dengan senjata tajam kakak-kakak dan ponakan saya untuk datang.
Wkkwwk.....akhirnya mereka datang. Iyalah, enak aja ga datang. Harusnya bangga dikit dong. Masih sibuk aja sama sawah, ngurusin ternak, manggaro, duh kek orang susah banget deh mereka, hallaaaaaw.....wkwkwkwkw
Ponakan yang kuliah di Unandpun akhirnya datang liat Uncunya kerja.
Dan, tentu yang tak kalah ketinggalan sahabat-sahabat terbaik saksi hidup perjalanan gw mewujudkan mimpi. Dari sekian yang gw ajakin, hanya ibuk Revi Amrel lah yang datang. Kamipun memekik haru dan saling japrian puja puji sujud sembah.
Kedatangan mereka-mereka ini bukan untuk pamer buat saya. Enggak. Ga ada gunanya pamer, saya hanya debu-debu najis di jalanan ibukota.
Kakakku Liza and her Husband
Ponakanku and her friends
Saya hanya ingin berbagi kebahagian yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata atas terselenggaranya ILC ini di Padang. Bahwa kami punya tim yang solid.
Itu doang yakin?
Enggak sih, ada alasan lain. Yaitu rayuan maut....
"Kalo datang ke sini, saya ajakin foto bareng karni ilyas!"
"Mauuuuuukkkk!"
Nah kan!
Ye kan.......akhirnya apa, sayapun tak bisa membendung tangis haru ala-ala Ayu Azhari tadi.
Haru, teringat, masa-masa lampau, ketika 15 tahun silam saya begitu bermimpi bekerja jadi jurnalis TV dan bisa kenal dengan Karni Ilyas. Saat itu SCTV goes to Campus digelar di kampus Unand Jati, dengan bintang tamu Ira Koesno dan Karni Ilyas.
Jadi ingat semuanya betapa yang tak mungkin KINI menjadi mungkin.
Ah sudahlah.....haru biru masa lalu dijadikan bekal untuk menempuh hidup yang lebih baik di masa depan. Asekkk......tumben?
Copas kata-kata bijak orang wkwkwkwkw....
Udah ah. Ntar beneran lho gw macam Ayu Azhari sesenggukan di pojokan kostan. Wkwkwk.....
Selamat hari Rabu. Semoga barokah. Amin









Komentar
Posting Komentar