Selat Karimata....Day by Day (bagian 10)
Day 10
Cuaca udah buruk, kapal goyang-goyang terus sejak siang. Sesuai ramalan BMKG deh.
Sepertinya ketegangan terjadi hari ini. Meski semalam sempat dilakukan penyelaman.
Ketegangan antara Pak Untung, engineers, tim penyelam basarnas, penyelam spesialis dan I-divers.
Ketegangan soal batas waktu yang tersedia hampir habis, sementara instalasi balon dan lainnnya masih belum capai target.
Menurut gw sih gitu, jadi musti buru-buru kejar target keknya ya. Karena keluarga korban masih nunggu banget dan ngarep banget ada jenazah yang dievakuasi.
Jadi itu, Entah kenapa deh ya, putus mulu yang jadi kendala pada tali pengikat.
Yang pertama, pengikat antara kapal kami dengan badan pesawat, putus.
Trus nyelem lagi, pasang lagi. Tapi ga bisa. Ganti strategi keknya. Soalnya hari ini udah ga liat tali segede paha gw lagi yang terpasang di galangan.
Lalu kemarin pagi, antara lifting bag dengan badan pesawat juga putus. Padahal balonnya udah ngembang,
Trus balonnya terpaksa ditarik ke kapal dan dikempesin lagi. Padahal, kami udah seneng banget....bahwa drama akan segera berakhir.
Heran.
Apakah ada unsur mistisnya? Astagfirullah.
Namun pagi ini sempet mau diinstalasi dua lifting bag dengan kemampuan mengapungkan 10 ton.
Tapi aku ga peduli, apa udah berhasil dipasang apa belum. Liat-liat bentar, lalu cuek ngacir.
Aku hanya peduli dengan diri sendiri. Sorry, aku harus egois.
aku jenuh. Namun disisi lain aku harus tetep profesional, harus bertanggung jawab akan profesi. Katanya cinta bingits sama profesi ini.
sebagai jurnalis, aku dituntut tetep produktif dan kreatif meski sebenarnya kondisi otakku udah mendekati primitif.
Caranya: Aku lebih banyak sendirian atau ga terlalu deket dengan sesama media dulu.
Bosen, menghindari konflik juga (emang ga ada konflik juga sih), gw yakin banget satu sama lain udah ngrasain jenuh dan bosen.
Kalau itu itu mulu temen dalam segala kondisi, kan ga baik juga. Sementara masih ada kru yang asik diajak ngobrol. Variasi.
Dengan Rebongpun, juga aku gituin. Pengen sendiri aja, agar ga bosenan. Koordinasi soal kerjaan sama ngobrol ingetin makan, atau sekedar ngasi tau posisi gw biar kalo dia nyari ga susah. Itu aja.
Hari ini Aku ikutan sedih. Dapat kabar, omnya audrey meninggal jumat lalu dan audrey baru bisa menghubungi keluarganya tadi siang, selasa. Telat memang, tapi adapaya, sinyal itu barang langka.
Aku langsung kepikirna mama, dan kluarga. Tapi belum sempat menelpon hari ini. Terakhir, 3 hari lalu menelpon mama dan kemarin malam smsan sama kakak.
Semoga baik-baik saja. Jangan pernah berprasanka buruk kepada Allah itu aja intinya, insyaAllah kita akan tenang.
Ga ada yang unik dan spesial hari ini.
Abis makan malam, tim sar gabungan, dari basarnas pusat gabung di kapal kita.
Ngobrol panjang lebar. Soal cuaca yang diramalkan BMKG mulai kemarin (9 feb) hingga usai imlek (19 feb) akan buruk. Ketinggian gelombang bisa 4-6 meter.
Nyaliku ciut. Bayangan kapal tenggelam langsung melintas. Kepanikan di Titanic juga langsung terbersit.
Agh....!
"InsyaAllah kalo kapal ini (crest onyx) emang dirancang untuk off shore (lepas pantai) safe lah. Beda kalo kapal basarnas, kerasa banget," ujar Bang Roni, dari Indonesian Divers yang ikut gabung dalam tim sar gabungan, menenangkan gw.
Audrey kemudian yang giliran banyak tanya-tanya. Kerana kekhawatiran yang sama juga menghantui doi.
"Bang bisa ga sih menyuarakan kami kepada Pak Untung, kalo kita pengen segera ke daratan, terserah deh jakarta atau ke kumai dulu,"
Jawabannya normatif. Tapi sedikit bikin sirik.
"Kalo saya sih, jika besok cuaca udah baik, ada kapal SAR jakarta atau heli merapat kesini, saya sih udah langsung cabut ke kumai, kalau mau ikut, ayuk. Dari kumai ke jakarta bisa naik pesawat aja,"
Agh, pokoknya ga ada solusi yang prefentif deh.
Ya kembali lagi ke hal dasar.
jurnalis, ya tetep aja jurnalis, siap meliput di segala medan. Rasanya nanggung juga sih, sialnya.
Kenapa emang?
Kalo kebetulan kita cabut, eh badan pesawatnya keangkat, ga dapet gambarnya, kantor bisa ngamuk dan reputasi gw sama rebong langsung hancur berkeping-keping.
Di sisi lain, Obrolan dengan kru pun juga udah semakin seragam dan mengerucut. Bosan dan pengen pulang. Bahkan ada yang mengumpat-umpat ga jelas.
Ah pusing!
Bobo ah. Di kamar, dikasur, serasa di atas kursi goyang. Naik turun berayun-ayun. Gelombang makin tinggi. Jadi ayunan di ranjang juga makin hot. Ranjang bergoyang naik turun banget deh, heheheh....
Namun ada dua tips berharga yang gw dapet hari ini:
1. Jika cuaca buruk gelombang tinggi, berlindunglan ke dek yang paling bawah. Karena goyangan makin ga kerasa, itu tips bang Roni dari i-divers. Dan bener, ketika lagi di dapur di deck bawah banget, goyangannya kerasa lebih soft. Beda dengan ketika di kamar saya di lantai 3, goyang dumang lewat!
Lalu tips ke:
2. Bawa kanebo jika bepergian ke laut, gunung, kemping atau ke tempat-tempat yang dirasa sulit mendapatkan personal care, semisal handuk. Kanebo bisa menggantikan fungsi handuk habis mandi. Caya deh. Ekonomis praktis. Gak makan tempat juga. Itu Tips dari mas siddiq anggota basarnas pontianak.
Eh Malam ini, usai makan malam gw sempet ngegosip heboh dengan bang Charles Batlajery Danki Basarnas Spesial Grup.
Kenapa dibilang ngegosip? Ada unsur duga menduga orang lainnya, hahhaah.....
Awalnya, ngobrol biasa aja. Ketika doi ngaku banyak kenal sama temen-temen reporter tvOne, dan doi pernah ngliat muka gw sebelumnya, maka obrolanpun makin intim.
"Saya kenal sintya, gomer, irvan. Kami pernah gathering bersama dulu, jadi kenal baik dengan mereka," sebutnya berpromosi dengan logat khas NTT yang kental.
Mata gw melek. Berarti ni orang gak jauh-jauhlah ya sama wartawan. Berarti ngertilah 'tata cara' kalo ngobrol sama reporter. Asumsi pertama gw begitu.
Dan Jujur ya, pertama kali liat muka NTT nya yang khas kemarin, kok merasa pernah ketemu ya?
"Iya makanya, kok saya pernah ketemu muka situ. Di Basarnas kali ya? Pas ketemu pak Tatang inget ga?" Tanya bang charles kemudian
"Hah, iya bang. Bener, hahahah...waktu dilantai tiga itu kan ya?"
"Nah iyakan....!"
Tapi perasaan enggak deh. Kejadian itu 3 harian sejak tanggal 28 desember, jatohnya air asia. Sementara pengakuan doi, sejak tanggal 27 malem
Udah ngapung di karimata.
Hmmm....dimana ya?
Trus kita asik ngegosipin si a, b, c hingga si D, orang penting berpangkat di negeri ini, hihihiihhi....seru deh.
Wish: cepet keangkat itu body pesawat dan pengen kembali injekin kaki di daratan kalimantan dengan selamat sentosa, amin.
Oh ya, gw ketemu dimana ya sebelumnya sama bang charles? Ada yang tau?
#nyambuuuung terus
Cuaca udah buruk, kapal goyang-goyang terus sejak siang. Sesuai ramalan BMKG deh.
Sepertinya ketegangan terjadi hari ini. Meski semalam sempat dilakukan penyelaman.
Ketegangan antara Pak Untung, engineers, tim penyelam basarnas, penyelam spesialis dan I-divers.
Ketegangan soal batas waktu yang tersedia hampir habis, sementara instalasi balon dan lainnnya masih belum capai target.
Menurut gw sih gitu, jadi musti buru-buru kejar target keknya ya. Karena keluarga korban masih nunggu banget dan ngarep banget ada jenazah yang dievakuasi.
Jadi itu, Entah kenapa deh ya, putus mulu yang jadi kendala pada tali pengikat.
Yang pertama, pengikat antara kapal kami dengan badan pesawat, putus.
Trus nyelem lagi, pasang lagi. Tapi ga bisa. Ganti strategi keknya. Soalnya hari ini udah ga liat tali segede paha gw lagi yang terpasang di galangan.
Lalu kemarin pagi, antara lifting bag dengan badan pesawat juga putus. Padahal balonnya udah ngembang,
Trus balonnya terpaksa ditarik ke kapal dan dikempesin lagi. Padahal, kami udah seneng banget....bahwa drama akan segera berakhir.
Heran.
Apakah ada unsur mistisnya? Astagfirullah.
Namun pagi ini sempet mau diinstalasi dua lifting bag dengan kemampuan mengapungkan 10 ton.
Tapi aku ga peduli, apa udah berhasil dipasang apa belum. Liat-liat bentar, lalu cuek ngacir.
Aku hanya peduli dengan diri sendiri. Sorry, aku harus egois.
aku jenuh. Namun disisi lain aku harus tetep profesional, harus bertanggung jawab akan profesi. Katanya cinta bingits sama profesi ini.
sebagai jurnalis, aku dituntut tetep produktif dan kreatif meski sebenarnya kondisi otakku udah mendekati primitif.
Caranya: Aku lebih banyak sendirian atau ga terlalu deket dengan sesama media dulu.
Bosen, menghindari konflik juga (emang ga ada konflik juga sih), gw yakin banget satu sama lain udah ngrasain jenuh dan bosen.
Kalau itu itu mulu temen dalam segala kondisi, kan ga baik juga. Sementara masih ada kru yang asik diajak ngobrol. Variasi.
Dengan Rebongpun, juga aku gituin. Pengen sendiri aja, agar ga bosenan. Koordinasi soal kerjaan sama ngobrol ingetin makan, atau sekedar ngasi tau posisi gw biar kalo dia nyari ga susah. Itu aja.
Hari ini Aku ikutan sedih. Dapat kabar, omnya audrey meninggal jumat lalu dan audrey baru bisa menghubungi keluarganya tadi siang, selasa. Telat memang, tapi adapaya, sinyal itu barang langka.
Aku langsung kepikirna mama, dan kluarga. Tapi belum sempat menelpon hari ini. Terakhir, 3 hari lalu menelpon mama dan kemarin malam smsan sama kakak.
Semoga baik-baik saja. Jangan pernah berprasanka buruk kepada Allah itu aja intinya, insyaAllah kita akan tenang.
Ga ada yang unik dan spesial hari ini.
Abis makan malam, tim sar gabungan, dari basarnas pusat gabung di kapal kita.
Ngobrol panjang lebar. Soal cuaca yang diramalkan BMKG mulai kemarin (9 feb) hingga usai imlek (19 feb) akan buruk. Ketinggian gelombang bisa 4-6 meter.
Nyaliku ciut. Bayangan kapal tenggelam langsung melintas. Kepanikan di Titanic juga langsung terbersit.
Agh....!
"InsyaAllah kalo kapal ini (crest onyx) emang dirancang untuk off shore (lepas pantai) safe lah. Beda kalo kapal basarnas, kerasa banget," ujar Bang Roni, dari Indonesian Divers yang ikut gabung dalam tim sar gabungan, menenangkan gw.
Audrey kemudian yang giliran banyak tanya-tanya. Kerana kekhawatiran yang sama juga menghantui doi.
"Bang bisa ga sih menyuarakan kami kepada Pak Untung, kalo kita pengen segera ke daratan, terserah deh jakarta atau ke kumai dulu,"
Jawabannya normatif. Tapi sedikit bikin sirik.
"Kalo saya sih, jika besok cuaca udah baik, ada kapal SAR jakarta atau heli merapat kesini, saya sih udah langsung cabut ke kumai, kalau mau ikut, ayuk. Dari kumai ke jakarta bisa naik pesawat aja,"
Agh, pokoknya ga ada solusi yang prefentif deh.
Ya kembali lagi ke hal dasar.
jurnalis, ya tetep aja jurnalis, siap meliput di segala medan. Rasanya nanggung juga sih, sialnya.
Kenapa emang?
Kalo kebetulan kita cabut, eh badan pesawatnya keangkat, ga dapet gambarnya, kantor bisa ngamuk dan reputasi gw sama rebong langsung hancur berkeping-keping.
Di sisi lain, Obrolan dengan kru pun juga udah semakin seragam dan mengerucut. Bosan dan pengen pulang. Bahkan ada yang mengumpat-umpat ga jelas.
Ah pusing!
Bobo ah. Di kamar, dikasur, serasa di atas kursi goyang. Naik turun berayun-ayun. Gelombang makin tinggi. Jadi ayunan di ranjang juga makin hot. Ranjang bergoyang naik turun banget deh, heheheh....
Namun ada dua tips berharga yang gw dapet hari ini:
1. Jika cuaca buruk gelombang tinggi, berlindunglan ke dek yang paling bawah. Karena goyangan makin ga kerasa, itu tips bang Roni dari i-divers. Dan bener, ketika lagi di dapur di deck bawah banget, goyangannya kerasa lebih soft. Beda dengan ketika di kamar saya di lantai 3, goyang dumang lewat!
Lalu tips ke:
2. Bawa kanebo jika bepergian ke laut, gunung, kemping atau ke tempat-tempat yang dirasa sulit mendapatkan personal care, semisal handuk. Kanebo bisa menggantikan fungsi handuk habis mandi. Caya deh. Ekonomis praktis. Gak makan tempat juga. Itu Tips dari mas siddiq anggota basarnas pontianak.
Eh Malam ini, usai makan malam gw sempet ngegosip heboh dengan bang Charles Batlajery Danki Basarnas Spesial Grup.
Kenapa dibilang ngegosip? Ada unsur duga menduga orang lainnya, hahhaah.....
Awalnya, ngobrol biasa aja. Ketika doi ngaku banyak kenal sama temen-temen reporter tvOne, dan doi pernah ngliat muka gw sebelumnya, maka obrolanpun makin intim.
"Saya kenal sintya, gomer, irvan. Kami pernah gathering bersama dulu, jadi kenal baik dengan mereka," sebutnya berpromosi dengan logat khas NTT yang kental.
Mata gw melek. Berarti ni orang gak jauh-jauhlah ya sama wartawan. Berarti ngertilah 'tata cara' kalo ngobrol sama reporter. Asumsi pertama gw begitu.
Dan Jujur ya, pertama kali liat muka NTT nya yang khas kemarin, kok merasa pernah ketemu ya?
"Iya makanya, kok saya pernah ketemu muka situ. Di Basarnas kali ya? Pas ketemu pak Tatang inget ga?" Tanya bang charles kemudian
"Hah, iya bang. Bener, hahahah...waktu dilantai tiga itu kan ya?"
"Nah iyakan....!"
Tapi perasaan enggak deh. Kejadian itu 3 harian sejak tanggal 28 desember, jatohnya air asia. Sementara pengakuan doi, sejak tanggal 27 malem
Udah ngapung di karimata.
Hmmm....dimana ya?
Trus kita asik ngegosipin si a, b, c hingga si D, orang penting berpangkat di negeri ini, hihihiihhi....seru deh.
Wish: cepet keangkat itu body pesawat dan pengen kembali injekin kaki di daratan kalimantan dengan selamat sentosa, amin.
Oh ya, gw ketemu dimana ya sebelumnya sama bang charles? Ada yang tau?
#nyambuuuung terus
Komentar
Posting Komentar