Curhat colongan........

Suatu malam di bulan Desember.

Mati lampu. Aduh gelapnya. Untung sore nya udara cerah, bakal terang bulan. Seluruh
penghuni bunut pada konkow-konkow diteras masing-masing. Yang bikin heran, udah tau mati
lampu sejak pukul 12 siang, gak ada satupun penghuni yang menyalakan lampu darurat, minimal
lilin gitu. No one!

Jadilah saya yang seharusnya rapi jali, mandi cibang cibung lalu nenangga ke kamar sebelah
terpaksa gak ngapa-ngapain. Takuuut!! Idih.

Iya, sore itu saya bergabung dengan ratusan penghuni mess duduk-duduk di teras doang,
menikmati semilir (cieehhh semilirr) angin senja dengan ngobrol gak jelas bersama Cardo,
penghuni mess 56.2.2.

FYI, Cardo ini termasuk penghuni sesat kayak saya. Iyah, tersesat bekerja disini lebih
tepatnya hahahahah....doi itu model, katanya gitu. Juara kontes ayu-ayuan se riau. Doi
bekerja sebagai admin di Harbour Division. Lalu sesatnya dimana?

"Iyah, jujur masuk kerja disini gak dari hati sih, dipaksa-paksa gitu sama orangtua," Jawab
Cardo, pedih.

Kalau kamu sesatnya dimana Ki?

"Jiwaku jurnalis, pasionku broadcast, jadi tempat yang tepat adalah media,"

Ooooo....

Nah, berangkat dari sinilah obrolan kita sore itu berlangsung seru. Sebenarnya, saya jarang
banget sih ngobrol-ngobrol serius sama penghuni mess, namun pengecualian hari ini.

Pulang kerja, mati lampu, daripada tidur dalam ketakutan, mending ngrumpi sampai pagi. Iyakan?
"Aku pengenlah bang melebarkan sayap di Padang," begitu Cardo memulai rumpian.
"Maksudnya?"
"Yah, pengen nyoba ikut Uda Uni gitu Bang. Cuman aku gak punya link,"

Aku pun mengangkat alis sebelah kiri sambil menyelipkan rambut di telinga kanan, Hihihihi...

"Trus?"
"Yah cari pengalaman aja, buat nambah jam terbang,"
"Elo serius pengen jadi model?"
"Ho oh!"
"Emang umur lo sekarang berapa 'Do?"
"21 bang!"
"Udah ketuaan ya menurut aku,"

Cardo tersenyum pahit, namun..

"Tapi lebih pengen lagi jadi bintang sinetron, maunya,"
"Wah, hebat dong. Udah pernah main sinetron?"

Cardo tertawa geli, dengan malu-malu ia menjawab..

"Pernah bang, tapi untuk tivi daerah aja!"
"Hebat dong!"
"Meski di daerah aku jadi pameran utamanya lho bang!" Sebutnya kian semangat.
"Sinetron apaan?"
"Cerita rakyat gitu, cuman aku pemeran utamanya," beber Cardo untuk ke dua kalinya. Heheheh...
"Langkah kamu selanjutnya?"
"Nah itu lah masalahnya bang, aku gak punya link banyak. Ada sih kenalan sama orang Jakarta, sesama model juga,
tapi ya itu, masih sebatas basa-basi doang obrolannya,"

Kalo diperhatiin, memang Cardo lebih bening dibanding saya, kami lebih tepatnya. Hahahah...pembelaan diri. Tampilan fisiknya cukup beralasanlah kalo Cardo punya impian jadi artis terkenal. Anaknya juga friendly, dan saya rasa sih udah punya modal buat go nasional. Bisa nyanyi dan nari dikit-dikit, heheheh...lengkap sudah. (Itu tuh di atas fotonya)


Rumpian kami lanjutkan.

"Coba deh do, jadi presenter, belajar gitu,"
"Kok presenter bang?"
"Iya, aku sih melihatnya kamu lebih pas untuk dunia ini. Pertama, gaya ngobrol kamu mengalir dan ga nyebelin. Ke dua
, ya gitu deh aku sih melihatnya kamu kurang cocok jadi artis sinetron,"
"Beneran ya bang?"
"Bener. Eh tapi kamu punya basic sebagai penyiar gak?"
"Nah ini dia lho bang. Aku sempet ditawari oleh RRI Pekanbaru. Cuman, format RRI itu dewasa banget, aku tolak,"


YAaaahhhh.....sayang sekali sodara-sodara.


"Trus gimana dong bang bagusnya?"
"Banyak sedikitnya pengalaman saya kerja di media, khususnya hiburan, keknya feeling gw bilang lo lebih cocok jadi presenter.
 Coba aja dulu jadi pembaca berita di TVRI Riau atau Riau TV. Biasanya, model-model lebih priority lho. Kalau bisa sih,
presenter news gitu 'Do. Kesannya idealis dan berisi aja,"

Cardo manggut-manggut. Tatapannya menerawang, kosong....*hati-hati ntar kesurupan 'Do!

"Bisa aja sih aku bantuin lo masuk di koran-koran Padang, jadi modelnya. Cuman ya bagusnya lo pindah domisili aja, biar
feedbacknya terasa langsung,"

Cardo manggut-manggut lagi.

Obrolan saya cut, dengan alasan mau magrib. Kita pun ke kamar masing-masing, dalam kegelapan tanpa cahaya. Mati lampu...
Sementara penghuni lain, masih sibuk leyeh-leyeh an di teras.

Kelar magrib, ganti baju, dan saatnya makan malam.
HAPAH? MAKAN MALAM?

Bisa gitu tanpa penerangan sama sekali, beko tasuok kupasan baa??? taresek pungguang ula baa?...iii syereem.

Otak jenius sayapun mulai bekerja. Sinar pantulan monitor hape cukup menjadi solusi. Biasa aja, anak SLB juga akan
kepikiran????

Biarin, weeks!!

Hap hap hap, nasi dan lauk, yang hari itu beli asam padeh ikan patin, berhasil ditarok di piring dengan imutnya.
Makasi hape bututku.

Kemudian masalah baru muncul lagi. Ini hape butut. Gak ada senternya yang bisa di switch-kan lama-lama. Palingan,
detik ke tujuh udah mati. Masa iya, sambil nyuap, tiap tujuh detik pencet-2 hape?
gak ada gaol-gaolnya lagi ! Hadeuuhhh...

IQ 300 ku pun langsung bekerja.

Aha, diluar kan terang bulan. Dengan langkah riang gembira, menenteng piring, segelas air, saya bergegas ke jalanan. Kalo
di teras masih gelap, sinar bulannya gak nyampe.

Nah, di tengah jalan itulah saya romantic dinner, sambil diteriakin penghuni lain.

Masa bodo, yang penting hap hap hap, makannnnn....daaaan.

Aduh!!!
Ketusuk tulang ikan!!!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KKK: Mandiin kucing, beneran bisa mendatangkan hujan??

Disaster of Bulu Hidung....

PACAH TALUA !