Selamat Jalan Enning, kucingnku, 'anakku'
Enning, My Little One.
Jam di laptopku menunjukan pukul 10.31 malam, hari kamis 14 Juli 2011. saat mengetik ini, saya takhenti-hentinya sesenggukan, menangis, melihat 'putra' kesayanganku, Muhammad Enning, 7 tahun, meregang nyawa.
Kucing jantan berbulu kuning ini telah lebih 10 hari menderita sakit, kaki depan kiri nya lukabernanah, mungkin karena infeksi berhimbas pada kesehatan tubuhnya secara keseluruhan. Malam ini, tangis saya pecah. Pecah sepecah-pecahnya, lazimnya menangisi kepergian manusia. Kini,
kucing jantan manis itu telah tiada, meninggalkan ayahnya, saudaranya, sepupunya dan tentu sajadunia. Kira-kira 30 menit yang lalu, nafasnya masih naik turun di perut bagian belakang. Terlihat sesaknamun dia masih sadar.
Dengan masih berseragam kerja, tanpa sempat membuka sepatu, saya sontak berlarian menuju dapur, disebuah kursi tua tempatnya tidur. Saya pun berlari kencang, seperti berlari menuju UGD rasanya.was-was, tegang semuanya campur aduk, dan begitu sampai saya elus muka, kepala, tengkuk hingga ke seluruh badannya.
"Nak, gimana nak? sakit sekali ya? Kalau memang rasanya sakit sekali, ayah ikhlaskan Enning pergi,gapapa.," ujarku dalam komunikasi vulgar.
Seolah ada ikatan bathin, dia menggeliatkan badan. Saya lihat ia ingin mengeong, tapi rasanya tenaganya sudah tak ada. Ya sudah, dia hanya menatap saya tajam.
Kemudian saya lanjutkan....
"Nak, gapapa kok, pergilah Nak, ayah ikhlaskan. Bantu ayah nanti ya di alam barzah, di padang mahsyar, menyusuri Siratul Mustakik bahkan Insya Allah di surga kita bermain-main lagi," lanjutku dengan suara parau.
Dia hanya sanggung menatap saya tajam. Namanya juga kucing di elus, pasti ke enakan. Dia menunjukan reaksi demikian. Ibarat kita, manusia yang lagi terasa sakit yang minta ampun, lalu di datangi orang yang paling kita inginkan datang, pastilah ada serasa kelegaan tersendiri, kenyamanan tersendir iwalaupun rasa sakit itu masih dalam takaran yang sama.
Saya terus mengajaknya berbicara, tentunya dengan bahasa antara saya dan dia. kalau orang lain lihat, pastilah saya dikira ORANG GILA, NGOMONG SAMA BINATANG. Saya ajak berbicara dengan intonasisehari-hari, saya ajak bercanda, saya kitikin perutnya. Enningpun bereaksi, dia berusaha menghantam
tangan saya, namun apa daya, sudah tak bertenaga. Hanya gerakan kaki yang sekedarnya.
Duh, Enning...airmata saya menggenang.
Si kucing manis, begitu lemahnya. badannya yang tegap sekarang kurus terbungkus kulit
Dengan penuh kasih, saya mengambil madu, minunam yang selama 10 hari ini saya berikan sebagai suplemen utamanya. Madu saya tuangkan ke wajan, dan saya suntika ke rongga mulutnya, subhanallah,Enning mengerang seperti orang keselek. Mungkin, terasa sakit yang teramat sakit ketika madu itu saya alirkan secara paksa ke tenggorokannya,......
Sadar dia merasa kesakitan, dan sepertinya saya membaca bahwa "sebentar lagi akan terjadi sesuatu",saya berinisiatif mengambil kamera hape.
Dan seolah tahu saya akan memfoto dia untuk terakhir kalinya, Enning pun terlihat 'semangat'. saya pindahin tubuh yang sudah sangat super kurs ke dalam keranjang parcel, dan.....Enning pun mau difoto-foto. Sumpah, dia keliatan sadar dan seneng saat session foto-foto ini. Setidaknya ekspresinya sedikit lebih segar dibanding sebelum saya kasi madu tadi.
Selesai foto-foto, saya terus elus-elus dia lagi, Enning terus merasa keenakan. Saya bacakan istigfar, berharap dia merasakan kesejukan dan kembali saya bilang ke dia..
"Kalau Enning mau pergi, gapapa. AYah ikhlas. tapi kalau tidak, sakitnya enning menjadi semacam renungan buat ayah, lalu kemudian enning sembuh seperti sediakala,"
Enning hanya melongo. Pandangannya kali ini tidak setajam beberapa menit yang lalu. Sepertinya, diamemahami apa yang saya rasakan. Enning sepertinya begitu menanti ungkapan saya yang sangat emosional ini, kendati rasanya berat.
Allah Maha Segalanya. Setelah dialog ini, saypun berencana untuk begadang sambil menulis notes disamping Enning, yang saya tidurkan di keranjang bekas parcel, persis di sebelah kiri saya. Sambil menghidupin laptop, saya terus ajakin enning becanda dengan komunikasi vulgar. Maksudnya lebih
kepada saya, biar tenang. saya jujur, orangnya super expresif dan emosional dalam hal apa saja, apalagi yang melow-melow begini. Begitu laptop loading, saya mengetikan password log in dengan "enning" di box. Tak lama kemudian, saya buka apliksi notepad, aplikasi favorit saya kalau pengen menulis.
Merasa ingin terus dekat, saya angkatin keranjang parcel ke kursi (sebelumnya kan di lantai), biar gampang meraba2 kalau Enning pengen dimanjain
Setelah saya elus lagi, lalu saya mengetik judul di page "ENNING, MY LITTEL ONE".
Baru memulai paragraf pertama, tiba-tiba enning merasa gusar, dia menggerakan badannya, gelisah. Kemudian dia melongok ke bibir parcel, wah ternyata dia di ketinggian, mungkin ia gamang.
Lalu....
"Kenapa Ning? gamang ya?"
Sekejap, saya berasumsi dia gak nyaman di atas kursi itu. Okey, saya turunkan dan saya baringkan diatas koran, di lantai. Tampaknya dia sangat nyaman.
Dan....
Tiba-tiba saja dia meregang badan, matanya membelalak dan................
Alam sadar saya langsung menyebutkan istigfar dan sejenisnya.....dan tentu saja tangisnya sayapecah.
Saya menangisi semua kenangan yang tujuh tahun ini terjadi sama dia. saya teringan kenangan2 indah,suka duka sama Enning, itulah yang membuat saya tersedu-sedu hingga membangunkan ayah, ibu, dan dua
saudara perempuan saya.
Untung kami semua penyayang kucing, mereka semua mengganggap wajar sikapku yang menangis terisak2layaknya manusia yang meninggal dengan suara yang memilukan. Untung saja.
Ada kali 5 menit Enning meregang nyawa lalu kemudian meninggalkan saya yang terus terisak-isakdisampingnya, selama-lamanya..............
********
Menulis ini saya hanya sesekali berhenti menyeka airmata, karena saya biarkan saja airmata inimengalir, melepas semua kesedihan berharap saya kuat.
namun yang selalu terngiang di benak saya, kebiasaan kami. selarut apapun saya pulang kerja, jikasudah mendengar suara motorku dia pasti bangun, dan duduk di depanku. Dan selalu saya menggendong,
kemudian mengelus2nya. Aktifitas ini dia pungkasi dengan tidur sampai pagi di jok motorku.
barangkali dia merasakan kenyamanan yang tiada tara dengan menciumi aroma badan saya. Pun halnya dengan tas kerjaku, selalu ditidurinya jika tas itu lupa saya gantungkan. Mungkin, keringat saya
menjadi pelipur lara buat dia karena saya tinggalin seharian di luar.....dan
agrgggggggggggghhh.......!!!!
Dari sembilan anggota keluarga saya, dengan sayalah Enning merasa dekat. Saya paham betul ini. JIkaanggota keluarga lain yang memarahinya, dia ga nanggepin. Tapi jika saya, sekali hardik, langsung
mingkemm.
Kebiasaannya yang tidak suka nyolong ikan dan masakan adalah yang paling terkenal. Jika kucing2 lainsuka ribut dan ga tau tata krama kalau kita lagi makan, Enning teteap cool di ujung meja. Dia diam tanpa harus mengeong2 lebay. Selapar apapun dia tetap tenang sampai saya menghabiskan piring ke
lima. Inilah yang membuat ia begitu terkenal di rumah ini. Dia manis sekali............
Dan sekarang, ini hanya tinggal kenangan. Kucing yang saya 'alter ego' kan dengan nama 'MUHAMMADENNING' ini sudah menjadi inspirasi saya dalam menulis seri demi seri CERPEN KISAH KELUARGA KUCING
YANG SEMUANYA SUDAH DITERBITKAN DI HARIAN SINGGALANG PADANG. fOTO-fotonya bisa diliat di album saya
di facebook ini.
Meski demikan, cerpen ini akan terus berlanjut, sebagai penghormatan saya ke dia. Yang lebih pilulagi, disaat semua titik terang akan masa depan cerpen ini telah ada, disaat sponsor didapat, disaat saya begitu bahagianya, Enning pergi.
Allah Maha Pemilik segalanya.......
Ternyata, kepulanganku malam ini BEGITU DITUNGGU-TUNGGU ENNING.....maafkan ayah nak, pulangnya
terlalu malam, maafkan ayah membuatmu menunggu begitu lama dan terasa berat dengan rasa sakit yang
begitu menghujammu nak....maafkan ayah nak....
I LOVE U AND I MISS U SO BAD, selamat jalan anakku MUHAMMAD ENNING..........rindu kamu pada- Mu dan kamu.
*****





Komentar
Posting Komentar